Namanya Aldi, umurnya 5 tahun. Dia tinggal di sebuah desa kecil nun jauh di sudut Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut bersama kedua orang tua dan dua orang kakak perempuan. Orang tuanya seorang petani penggarap. Entah bagaimana awal mulanya orang tua saya mengenal mereka, yang saya tahu ketika kepulangan kami ke Pameungpeuk bulan Juli lalu mereka ini datang ke rumah. Berinteraksilah kami dengan mereka.
Aldi mulai merokok ketika usianya 1,5thn. Tiba-tiba mengambil rokok milik bapaknya, terus mencoba dihisap dan keterusan menikmatinya. Tapi ketika umur 4 thn dia berhenti karena waktu itu sempat main ke sekolahan dan dia ditertawakan anak-anak sekolahan tersebut, lalu akhirnya berhenti karena malu. Tapi sejak kakak sulungnya menikah dia kembali merokok, itu beberapa bulan setelah ulang tahunnya yang ke-5.
Orang tuanya bilang sudah cape melarang dan mencoba berbagai cara menghentikan dia merokok sampai bapaknya pun berhenti merokok tapi susah dan akhirnya menyerah. Kalau tidak dipenuhi dia bisa nangis seharian katanya lagi. Dua bungkus perhari, bisa dibayangkan kan? 2 bungkus perhari untuk seorang anak umur 5thn ck..ck...saya bungkam. Tidak punya kata-kata yang tepat untuk mengomentarinya. Hanya berbalik arah ke anak-anak kami dan memberikan informasi kepada mereka sedikit tentang rokok. Dan Insha Alloh mereka mengerti, mereka juga heran. Disini saja jarang melihat orang dewasa merokok, kok ini malah anak kecil, "just little spot of Indonesia".
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
hm, knp gk biar aja nangis seharian... kalo dia capek jg berhenti kan... yg penting kebiasaan buruk, jgn diteruskan..
contoh orangtua yg mau enaknya aja, gk mau denger anak nangis.. hehe
Anak nangis mah, bakat, adat, cara dia "berkomunikasi" ke ortu. Tergantung kita kasih feedbacknya gimana ck..ck..ck...ngenes amat! (terjungkal.. pingsan...)
Post a Comment