Friday, December 19, 2008

"Bayi"

Kemarin sambil menggendong si bungsu yang sedang tidak sehat, saya coba nonton Film Juno, mungkin sudah pada nonton ya, ini kan Film tahun lalu. Film ini berkisah tentang seorang anak remaja putri (Juno, 16thn) yang hamil. Awalnya Juno berniat menggugurkan kandungannya, tapi kemudian dia refused niatnya tersebut dan akhirnya mempertahankan bayinya dengan niat setelah bayinya lahir akan diberikan kepada orang tua yang sangat menginginkan anak tapi belum diberi kesempatan memilikinya, kata lain cari pasangan yang mau mengadopsi.

Anyway, saya tidak akan menceritakan film itu, saya hanya teringat tentang kebebasan sex anak remaja di sini (amrik maksudnya).

Saya pernah tinggal selama 2,5 thn di Massachusetts, negara bagian "paling sekuler" kalau kata orang-orang. Yang membolehkan pernikahan gay dan melegalkan aborsi. Saya tinggal di salah satu kota kecil, Amherst. Kota yang hampir setengah bagian penduduknya adalah mahasiswa.

Di Amherst ini ada sebuah SMA, salah seorang counseling disekolah ini kebutulan teman saya. Beliau seringkali bercerita tentang siswanya, anak-anak yang memiliki "segala" kebebasan termasuk sex. Bahkan ada yang disebut "predator", sang kakak (laki-laki) yang mengadakan pesta dan menjadikan adik perempuannya sebagai "suguhan" terhadap teman-temannya, mengerikan. Mungkin mereka juga tidak khawatir akan kehamilan toh akhirnya bisa diaborsi, naudzubillah hi mindzalik. Siswa juga mendapatkan pendidikan sex lengkap dari a-z, proses dan akibat.

Lalu teman saya berkisah, bahwa sekolah menyediakan sebuah boneka bayi yang mirip dengan bayi manusia, yang akan menangis ketika lapar, pipis dsb. Anak-anak SMA tersebut akan mendapat giliran untuk membawa bayi ini kemana-mana, ke sekolah, di rumah diurus dll. Tujuannya biar siswa tahu dan mengerti betapa besar tanggung jawab mengurus bayi itu, dan tentu saja cape dan lelah sedangkan bayi butuh perhatian kapan saja dan dimana saja. Diharapkan siswa itu berfikir dulu sebelum melakukan sex bebas, karena akan mengakibatkan kehamilan dan bayi itu harus diurus seperti si boneka tadi (lo tapi kan kalaupun hamil masih boleh diaborsi, naudzubillah hi mindzalik). Hasilnya bagaimana saya tidak tahu lagi, belum ngobrol lagi dengan teman tersebut.

Sekarang saya tinggal di Kentucky, state yang "tenang". Disini pernikahan gay tidak boleh, aborsi juga tidak legal, Gereja banyak, layaknya Masjid di Indonesia, kegiatan keagamaan marak. Tapi sex bebas mah tetep, anak remajanya juga.

Disini saya tidak punya teman counseling tapi punya teman yang memiliki anak SMA. Sewaktu kelas 2 SMA, dia dan teman-temannya diberi tugas membuat "bayi". Bayi ini terbuat dari 5lbs tepung terigu (bentuknya kotak), yang bibuatkannya kaki, tangan, dipakaikan baju dsb. Si "bayi" ini juga dibawa kemana-mana, tapi kan tidak "hidup" seperti bayi di SMA Amherst sana, jadi bisa hanya dibiarkan saja di tasnya. Tujuannya mungkin yang sama.

Mereka kreatif menciptakan ide untuk memberikan pengetahuan kepada anak-anak remaja salah satu akibat hubungan sex. Tapi hasilnya seperti apa, entahlah. Padahal menurut saya solusinya itu agama, agama dan agama. Islam tepatnya.

Dan ternyata juga kehidupan sex bebas para remaja ini bukan hanya terjadi di Amerika, di Indonesia juga sudah "biasa" sepertinya, tersembunyi ataupun terungkap, duh.

Ini ada link bagus yang cukup berkaitan dengan cerita saya diatas. Tulisan ibu Elly Risman di Republika dan Tanya Jawab konsultasi parenting dengan teman-teman di Belanda

http://liasaja.multiply.com/links/item/3

http://liasaja.multiply.com/links/item/4

No comments: